Sabtu, 15 Desember 2018

MISTERI LETAK WALAMBANGAN PADA PRASASTI JAYANEGARA I

Prasasti Walambangan/Prasasti Jayanegara I terbuat dari lempeng tembaga (Tamra Prasasti), dan ditemukan di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Prasasti yang baru ditemukan satu lempeng ini menggunakan aksara Kawi dan bahasa Jawa Kuna yang tertulis pada kedua sisinya. Pada sisi depan (recto) terdapat 8 baris tulisan dan pada sisi belakang (verso) terdapat 7 baris tulisan.

Bagian yang memuat angka tahun dan nama raja tidak ada, tetapi menurut dugaan Poerbatjaraka, Prasasti Walambangan/Prasasti Jayanegara I berasal dari masa Jayanegara (Majapahit) yang dikeluarkan setelah menumpas pemberontakan Nambi yang terjadi di Balambangan. Dugaan itu mengacu pada isi prasasti di bagian sisi depan (recto) baris ke-2: "..anapwa ikanang kārāmān i walambangan.." (Poerbatjaraka, 1936 : 39). Mengacu pada tulisan Poerbatjaraka, Yamin menuliskan angka tahun dikeluarkannya prasasti ini yaitu ± 1316 M (Yamin, 1962 : 37, 40).

Karena prasasti Walambangan hanya menyebut Çrī Mahārāja tanpa menyebutkan nama dan gelarnya, juga tidak menyebut nama Nambi (pemberontakan Nambi), sehingga memunculkan dugaan-dugaan lainnya tentang siapa sebenarnya raja yang mengeluarkan?, dan juga lokasi daerah Walambangan yang diberikan anugerah status Sima?. Jika mengacu pada dugaan Poerbatjaraka (pemberontakan Nambi), tentunya prasasti Walambangan tidak berasal dari Lamongan, jadi hanya ditemukan di Lamongan. 

Yamin, 1962 : 37, 40

Menariknya, prasasti Walambangan menyebut adanya pemujaan terhadap 'hyang iwak' (ikan yang dipuja atau ikan yang suci), seperti yang termuat pada sisi depan (recto) baris ke-5:
"..pamūjā hyang iwak, sakinabhaktyanya ri lagi phalanyān susṭubhakti ri Çrī Mahārāja.."
"..pemujaan [kepada] hyang iwak, pemujaan yang tiada henti-hentinya sebagai tanda setia kepada Çrī Mahārāja.."

Pada masa Airlangga juga terdapat prasasti yang menyebut adanya pemujaan terhadap 'rahyang iwak', yakni prasasti Kusambyan/Grogol, lokasi di Dusun Grogol, Desa Katemas, Kecamatan Kudu, Kabupaten Jombang, dekat wilayah Lamongan Selatan. Prasasti ini memberitakan bahwa Çrī Mahārāja (Airlangga) menganugerahkan daerah perdikan di Desa Kusambyan kepada penduduk aslinya (wargga mūla) karena mereka harus melakukan pemujaan untuk 'rahyang iwak'. 

Prasasti Kusambyan (in situ) letaknya dekat dengan Sungai Brantas, pertanyaannya adalah apakah pemujaan terhadap 'rahyang iwak' ada kaitannya dengan letak prasasti yang dekat dengan Sungai Brantas?. Begitu juga dengan prasasti Walambangan yang ditemukan di Lamongan, pertanyaannya juga sama apakah pemujaan terhadap 'hyang iwak' juga ada korelasinya dengan lokasi prasasti yang dekat dengan Bengawan Solo?.

Bengawan Solo - Lamongan

Adanya pemujaan kepada 'hyang iwak' oleh masyarakat Lamongan Kuno, diduga dikarenakan masyarakat Lamongan zaman dulu yang memuja 'hyang iwak' hidupnya bergantung pada sungai. Seperti diketahui bahwa, prasasti Walambangan ditemukan di Lamongan, yang mana Kabupaten ini wilayahnya dilalui oleh dua sungai besar, yakni Sungai Lamong dan Bengawan Solo beserta anak sungainya (Bengawan Njero).

Tanda tanya besar (?) lainnya adalah mungkinkah ada perubahan toponim dari Walambangan (Lambangan) menjadi Lamongan?. Wallahu a’lam bis-shawab (hanya Allah yang lebih mengetahui kebenaran yang sesungguhnya).

8 komentar:

  1. Maaf kak, apa boleh minta salinan lengkap pdf bab tersebut (pertulisan djajanegara I)?, terima kasih

    BalasHapus
  2. Terima kasih kak, tp mohon maaf ini saya cek emailnya belum ada :( ��‍♀️

    BalasHapus
  3. Teks aslinya dalam bahasa kawi tersebutr apa bisa diperoleh ..? Dari saya Thomas RACHARTO .. email thomas18harto@gmail.com

    BalasHapus
  4. Maaf, Mungkin pembacaannya yang kurang tepat. Maksudnya adalah.. atas berkah tuhan, (hasil) ikan yang melimpah dipersembahkan kepada raja...
    Begitu kira2

    BalasHapus
  5. Maaf, Mungkin pembacaannya yang kurang tepat. Maksudnya adalah.. atas berkah tuhan, (hasil) ikan yang melimpah dipersembahkan kepada raja...
    Begitu kira2

    BalasHapus

FOLKLOR CANE BUKTI AIRLANGGA DAN GARUḌAMUKHA BERJAYA DI BUMI JANGGALA

Cerita tutur merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Tradisi menuturkan peristiwa sejarah sudah lama diperkenalkan oleh leluhur kita seb...