Jumat, 06 September 2019

DE RIVIER VAN SOLO, IN HET DISTRICT VAN LAMONGAN - EILD JAVA

Gezicht op de rivier de Solo, op de grens van het district Lamongan. Op het middenplan de slingerende rivier, bevaren door vissersscheepjes met bamboe latijnzeil en met begroeide en bebouwde oevers op de achtergrond. Op de voorgrond links een inheemse regent met gevolg en (vermoedelijk) Ver Huell. (Sumber: http://maritiemdigitaal.nl/index.cfm?event=search.getdetail&id=100161263

Lukisan Bengawan Solo di wilayah Lamongan ini menggambarkan keindahan pemandangan Bengawan Solo waktu itu. Di dalam sungai yang bentuknya digambarkan berkelok-kelok ini terlihat beberapa nelayan sedang berlayar mengarungi arusnya dengan menggunakan perahu kecil dan sampan bambu. Sungai terpanjang di pulau Jawa ini juga tampak sejuk karena di sepanjang tepi sungainya ditumbuhi banyak tanaman dan pepohonan. 

Dalam lukisan tersebut digambarkan pula penguasa setempat (Bupati) beserta para pengawalnya, dan (mungkin) Ver Huell sedang berdiri di pinggir sungai. Lukisan karya Ver Huell ini dibuat sekitar tahun 1820-1835, dan sekarang disimpan di Maritiem Museum Rotterdam - Belanda.

Lukisan Bengawan Solo di wilayah Lamongan Karya Ver Huell 

Seperti diketahui bahwa Lamongan dianugerahi dua sungai besar yang membujur dari Barat ke Timur. Kedua sungai itu yakni, Bengawan Solo beserta anak sungainya (Bengawan Njero) yang membelah bagian Tengah dan Utara Lamongan, dan Sungai/Kali Lamong yang membujur di wilayah Selatan. Kedua sungai tersebut menjadi urat nadi perekonomian pada zaman dulu, di saat moda transportasi masyarakat masih bergantung pada transportasi air (perahu/kapal), dan sungai sebagai jalur utamanya. Jadi, pada masa itu sungai menjadi satu-satunya penghubung sosial-budaya dan ekonomi masyarakat, mengingat masih sulitnya transportasi darat. 

Berdasarkan sumber data tekstual, nama Bengawan Solo beserta desa-desa di tepian sungainya telah disebut dalam Prasasti Canggu atau Ferry Charter 1280 Çaka/1358 Masehi (07 Juli 1358). Prasasti yang dikeluarkan oleh Raja Hayam Wuruk (Çrĩ Rãjasanagara) tersebut menyebut puluhan desa atau deretan desa (Pradesa) di sepanjang tepi bengawan (Naditira), yakni Bengawan Solo dan Sungai Brantas beserta anak-anak sungainya, yang ditetapkan sebagai desa perdikan (sima) atau mendapat anugerah status istimewa (sima) berkat jasanya dalam penyeberangan sungai (penambangan).  

Berikut nama-nama desa di Lamongan yang berstatus Naditira Pradesa berdasarkan Prasasti Canggu/Ferry Charter (1280 Çaka/1358 M) [sumber: Muhammad Yamin, Tatanegara Majapahit - Parwa II, hlm. 99] :
"...muwaḥ prakãraning naditira pradeça sthananing anãmbangi i maḍantĕn . i waringin wok . i bajrapura . i sambo . i jerebeng . i pabulangan . i balawi . i luwayu . i katapang . i pagaran . i kamudi . i parijik . i parung . i pasiwuran . i kĕḍal . i bhangkal . i wiḍang..."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLKLOR CANE BUKTI AIRLANGGA DAN GARUḌAMUKHA BERJAYA DI BUMI JANGGALA

Cerita tutur merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Tradisi menuturkan peristiwa sejarah sudah lama diperkenalkan oleh leluhur kita seb...