Senin, 13 Maret 2017

LAMBANG GARUDAMUKHA LĀÑCHANA PADA PRASASTI YANG DIDUGA BERASAL DARI LAMONGAN

Garudamukha Lāñchana merupakan lambang atau cap kerajaan yang digunakan pada masa pemerintahan raja Airlangga, dan ditorehkan di prasastinya baik dalam bentuk tulisan (Tinanda Garudamukha) maupun dalam bentuk lambang bergambar. 

Garudamukha Lāñchana

Lambang ini baru ditemukan di Prasasti Baru (952 Çaka/1030 Masehi, diduga lokasi asal Prasasti berada di Desa Barurejo, Kec Sambeng - Lamongan), dan Prasasti Garudamukha (945 Çaka/1023 Masehi, diduga lokasi asal Prasasti berada di kec Ngimbang - Lamongan). Lambang ini digambarkan dalam bentuk Garuda sesuai dengan mitosnya, yaitu berdiri menginjak ular (naga) yang merupakan musuhnya dengan sebelah tangannya memegang kendi yang mengeluarkan air kehidupan (amṛta), dan sayapnya mengembang lebar di sisinya. Arti lambang ini menggambarkan bahwa Airlangga membawa kejayaan dan kemakmuran dalam pemerintahannya, dan digambarkan sebagai titisan dari Dewa Wisnu, karena Garuda yang menjadi lambang pada capnya merupakan tunggangan setia dari Dewa Wisnu.

Archa Dewa Wisnu Menunggang Garuda

Berdasarkan bahannya, Prasasti Garudamukha menggunakan batu andesit porfiri atau batu andesit yang memiliki tekstur kristal yang berasal dari mineral lain (plagioklas, amfibol dan opak) dengan kandungan sedang. Dari hasil Laboratorium Museum Geologi Bandung berdasarkan klasifikasi batuan beku (Borrero, 2008), menunjukkan bahwa andesit adalah batuan beku extrusif yang termasuk pada kelompok batuan diantara batuan felsik dan mafik (intermediate). Batuan andesit sendiri memang biasanya ditemukan pada gunung api yang terletak di daratan (Ridley, 2012 : 232–233). Berdasarkan fakta mengenai jenis batuan ini, keletakan prasasti secara relatif dari Prasasti Garudamukha dapat diperkirakan. Berdasarkan tulisan S.A. Carn (2001) dalam Jurnal Petrology, beberapa gunung api di Selatan Jawa Timur memiliki sejarah erupsi yang cukup tua, berkisar antara sebelum abad pertama hingga abad ke-19, seperti Gunung Penanggungan, Gunung Anjasmoro, Gunung Arjuna dan Gunung Lamongan. Secara relatif, kemungkinan gunung asal bahan batu Prasasti Garudamukha adalah Gunung Penanggungan dan Gunung Arjuna, mengingat kedua gunung tersebut letaknya paling dekat dengan konsentrasi letak penemuan prasasti Airlangga lainnya. 

Prasasti masa Airlangga lainnya juga ada yang memiliki perbandingan ciri bahan yang mirip dengan Prasasti Garudamukha, yakni Prasasti Lemahbang. Sehingga, diperkirakan letak asal Prasasti Garudamukha tidak jauh dari letak Prasasti Lemahbang ditemukan, yaitu di sekitar Desa Ngasem Lemahbang, Kec Ngimbang, Kab Lamongan. Wilayah tersebut merupakan daerah konsentrasi dimana prasasti-prasasti pada masa Airlangga banyak ditemukan (Susanti, 2003: 484-485).

Prasasti Lemahbang

Sayangnya, angka tahun pada Prasasti Lemahbang sudah tidak bisa dibaca, namun dapat dilihat bahwa penggunaan batu Andesit kemerahan memang telah dipergunakan pada masa Airlangga meskipun tidak banyak.

FOLKLOR CANE BUKTI AIRLANGGA DAN GARUḌAMUKHA BERJAYA DI BUMI JANGGALA

Cerita tutur merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Tradisi menuturkan peristiwa sejarah sudah lama diperkenalkan oleh leluhur kita seb...