Sabtu, 14 Oktober 2017

KEHANCURAN KOTA ROSAN

J.A.B. Wiselius, seorang kontroleur Jawa dan Madura, melaporkan temuannya berupa benteng kuno yang berada di lembah Wiselius kepada Residen Surabaya pada tanggal 08 Juli 1871, dengan nomor surat 8299. Menurut laporan J.A.B. Wiselius, ketika Waduk Prijetan masih berupa lembah, terdapat dinding tanah (benteng) yang terletak di sisi lembah dengan ketinggian 1-4 kaki.

Waduk Krekah/Prijetan Diresmikan Pada Tahun 1917

Situs ini sekarang menjadi Waduk Krekah atau Prijetan yang mulai dibangun pada tahun 1909, dan selesai serta diresmikan pada tahun 1917. Bangunan Waduk peninggalan Kolonial yang sudah berusia 100 tahun ini, memiliki 6 anak sungai, dengan luas 231 hektare serta mempunyai kapasitas awal 12 juta meter kubik. Hingga kini, Waduk yang terkenal akan cerita mistisnya ini masih berfungsi dengan baik.

Waduk Krekah/Prijetan yang Dibangun Megah dan Kokoh

Saat ini, di salah satu sisi Waduk ditemukan tangga dari batu, namun belum dapat diketahui secara pasti apakah ini yang dimaksud bagian dari benteng yang disebutkan oleh J.A.B. Wiselius. Lokasi temuan tangga dari batu ini secara administratif berada di Desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan.

Tangga Dari Batu di Salah Satu Sisi Waduk Krekah/Prijetan

Tangga Dari Batu di Sisi Lainnya Waduk Krekah/Prijetan

Tidak jauh dari Waduk Prijetan, tepatnya di sebelah Utara waduk (areal perkebunan jati dan tebu) banyak ditemukan pecahan keramik Cina dan tembikar. Lokasi temuan barang-barang pecah belah tersebut dikenal dengan nama situs Rosan, yang secara administratif terletak di Dusun Sumbergempol, Desa Mlati, Kecamatan Kedungpring, Kabupaten Lamongan. Kata ‘rosan’ sendiri berasal dari bahasa Jawa 'ros-rosan', yang memiliki arti ruas-ruas yang memisahkan antara ruas batang tebu yang satu dengan yang lainnya.

Pecahan keramik yang ditemukan di situs Rosan mayoritas (terbanyak) adalah keramik dari dinasti Song (abad 12-13 M), kemudian disusul oleh keramik dari dinasti Yuan dan dinasti Ming (abad 13-16 M), dan ditemukan juga keramik yang berasal dari abad ke 10-11 M. [Sumber: Laporan ekskavasi Puslitarkenas (Pusat Penelitian Arkeologi Nasional)]. Dari data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa situs ini telah dihuni oleh manusia sejak abad ke 10 M, dan puncaknya pada abad ke 12-13 M.

Temuan benteng kuno yang berada di lembah Wiselius diduga kuat ada korelasinya dengan temuan fragmen keramik serta tembikar di situs Rosan. Dahulu, kota Rosan diduga merupakan sebuah kota yang ramai dan maju, karena disana banyak ditemukan barang impor (keramik), selain itu kota ini juga dikelilingi oleh benteng pertahanan. Entah faktor apa yang menyebabkan kota yang diduga sudah dihuni sejak abad 10 M ini mengalami kehancuran.

Di area Waduk Prijetan juga terdapat beberapa situs kuno, seperti makam putri Kediri dan makam Belanda. Menurut cerita tutur/folklore yang berkembang disana, keberadaan makam putri Kediri itu ada kaitannya dengan cerita pertempuran antara Kediri vs Lamongan, yang berlokasi di tempat yang sekarang menjadi bangunan Waduk. Singkat cerita, dahulu ada putri dari Kediri bersama rombongan yang datang ke Lamongan untuk melamar pangeran dari Lamongan. Menurut cerita, rombongan dari Kediri tersebut tiba dan dijemput tuan rumah (Lamongan) di Waduk Prijetan. Sayangnya, prosesi lamaran tersebut gagal akibat adanya penolakan dari pihak laki-laki. Karena pihak perempuan tidak terima, maka terjadilah pertempuran hebat antara Kediri vs Lamongan.

Dari peristiwa tersebut, akhirnya melahirkan sebuah tradisi dan pantangan di Lamongan. Tradisinya ialah, di Lamongan ada budaya perempuan yang melamar laki-laki. Sedangkan untuk pantangannya, laki-laki asal Lamongan dilarang menikah dengan perempuan asal Kediri. Karena mitosnya atau konon katanya, jika pantangan tersebut dilanggar bisa berakibat pada perceraian.

Makam Belanda (Tuan Bligoor atau Londo Ireng) 

Di lokasi Waduk Prijetan juga terdapat sebuah makam Belanda, warga setempat menyebutnya makam Tuan Bligoor atau makam Londo Ireng. Menurut warga, Tuan Bligoor dulunya merupakan seorang petugas kontrol di Waduk Prijetan. Beliau mengabdi hingga akhir hayatnya, dan dimakamkan di area Waduk. Pada nisan makamnya tertulis nama JF A Dligoor yang lahir (GEB = Geboren) pada tahun 1860, dan meninggal (OVERL = Overleyen) pada tahun 1930. Dalam dokumen mengenai pembangunan Waduk Prijetan, disebutkan ada 4 insinyur yang terlibat dalam merancang serta membangun Waduk ini, mereka adalah Tuan Birman, Tuan Delos, Tuan Trong, dan Tuan Dliger. Nama terakhir dari keempat insinyur tersebut ada kemiripan dengan nama di nisan makam, yakni Dliger dengan Dligoor. 

FOLKLOR CANE BUKTI AIRLANGGA DAN GARUḌAMUKHA BERJAYA DI BUMI JANGGALA

Cerita tutur merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Tradisi menuturkan peristiwa sejarah sudah lama diperkenalkan oleh leluhur kita seb...