Candi Selokelir terletak di lereng sisi Barat bukit Sarahklopo, salah satu dari delapan puncak perwara (pengawal) yang mengelilingi puncak utama (puncak Pawitra), di kawasan gunung Pawitra (Penanggungan). Untuk mencapai kelokasi candi, direkomendasikan melalui Desa Kedungudi, Trawas - Mojokerto. Pendakian via Kedungudi menuju candi Selokelir tergolong singkat, karena hanya memakan waktu kurang lebih satu jam perjalanan.
![]() |
Candi Selokelir |
Candi yang berbentuk punden berundak ini, oleh masyarakat setempat diberi nama Selokelir yang berasal dari bahasa Jawa: 'Selo' yang bermakna Batu; dan 'Kelir' yang mempunyai arti tirai kain putih untuk menangkap bayangan wayang kulit. Menurut warga sekitar, di candi Selokelir setiap hari Kamis malam Jumat selalu terdengar bunyi suara gamelan wayang, itulah sebabnya mengapa candi ini diberi nama Selokelir.
![]() |
Panorama Alam di Candi Selokelir |
Aneka ragam relief juga menghiasi dinding candi, salah satunya adalah relief sosok ber-tekes. Tokoh tersebut biasanya terdapat pada relief cerita Panji, ciri-cirinya dapat dilihat dari bentuk penutup kepala tokoh-tokohnya yang khas --disebut tekes-- dan jalinan rambut yang disebut supit urang. Menariknya, di candi ini juga pernah ditemukan arca tokoh ber-tekes. Sayangnya, arca tersebut oleh Van Rommont diboyong, dan dibawa ke ITB. Hingga saat ini, arca dari gunung Penanggungan tersebut masih tersimpan di perpustakaan ITB.
![]() |
Relief Sosok Ber-Tekes di Dinding Candi Selokelir |
Itulah sedikit gambaran mengenai candi Selokelir, sebuah candi tempat peribadatan kaum Rsi yang dibangun megah dilereng gunung suci (tempat para Dewa) hasil pemindahan dari puncak Sang Hyang Mahameru yang berasal dari Jambudwipa (India).
"I believe there is no one possessed of more information respecting Java than myself..."
"Saya yakin tidak ada orang yang memiliki informasi mengenai Jawa sebanyak yang saya miliki..." (Sir Thomas Stamford Raffles).
"I believe there is no one possessed of more information respecting Java than myself..."
"Saya yakin tidak ada orang yang memiliki informasi mengenai Jawa sebanyak yang saya miliki..." (Sir Thomas Stamford Raffles).