Prasasti Cane (koleksi Museum Nasional) diyakini dan diduga kuat berasal dari Dusun Cane, Desa Candisari, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Dugaan ini diperkuat dari toponim Cane yang hanya ditemukan di Lamongan. Nama yang identik dengan roti khas dari India (roti cane/canai) ini memang tidak dijumpai di tempat-tempat lain di seluruh Jawa Timur, bahkan mungkin di seluruh Jawa. Jadi, nama Desa/Dusun Cane itu hanya terdapat di Lamongan. Selain toponim, dugaan itu juga didukung dengan bukti sebaran prasasti peninggalan raja Airlangga yang banyak ditemukan di wilayah sekitaran Cane (wilayah Lamongan Selatan). Bukan hanya itu, dari keterangan warga Cane yang saya jumpai, mereka mengaku bahwasanya wilayah Cane pada zaman dulu merupakan benteng kerajaan Airlangga.
Cerita tutur itu juga disertai dengan bukti jejak bata kuno berukuran besar yang menurut warga setempat diyakini sebagai bekas reruntuhan benteng kerajaan Airlangga. Maka tidak heran jika di Dusun yang mempunyai nama unik dan langka ini, banyak dihiasi papan keterangan mengenai raja Airlangga. Disana, nama putra Airlangga, Mapañji Garasakan, juga diabadikan menjadi nama sebuah jalan.
Papan Keterangan dan Plang Nama Jalan di Dusun Cane |
Prasasti Cane (943 Çaka/1021 M) dikeluarkan oleh raja Airlangga dengan gelar abhiseka Çri Mahãrãja Rakai Halu Çri Lokeçwara Dharmmawaṅça Airlaṅga Anãntawikramottuṅgadewa, dengan Çrĩ Sanggrãmawijaya Dharmmaprasãdottunggadewi (anak perempuan Airlangga dengan permaisuri) sebagai Rakryãn Mahãmantrĩ i Hino untuk pertama kalinya.
Prasasti Cane merupakan prasasti pertama pada masa pemerintahan raja Airlangga. Dan, jika dilihat pada bagian Sambandha-nya atau bagian alasan prasasti tersebut dikeluarkan oleh raja, prasasti Cane masuk pada fase konsolidasi. Fase dimana pemberian status sima pada Desa Cane dikarenakan rasa simpati raja kepada penduduk Desa Cane yang berjuang di garis depan dengan menjadikan desanya sebagai benteng pertahanan. Pada masa fase konsolidasi biasanya isi prasasti menjelaskan pemberian anugerah sima kepada desa tertentu karena jasa mereka dalam membantu raja pada saat peperangan.
Papan Selamat Datang di Dusun Cane |
Prasasti Cane menyebut lokasi penting, yakni Keraton Airlangga di Wwatan Mas:
"..Çrĩ Mahãrãja ri maniratna singhasana makadatwan ri wwatan mas..."
"..Sri Maharaja di singgasana permata berkedaton/berkeraton di Wwatan Mas..".
"..Sri Maharaja di singgasana permata berkedaton/berkeraton di Wwatan Mas..".
Selain itu, prasasti Cane juga menyebut adanya bangsa asing yang dikenai pajak (wārggā kilalān):
"..i kanaŋ wārggā kilalān kliŋ āryyā sińhala paņdikira dravida campa kmir rĕmĕn..".
"..adalah wargga kilalan (warga yang dikenai pajak khusus) yaitu klin (keling) aryya (arya) sinhala (Srilangka) pandikira (Pandikira dari India) drawida (salah satu suku dari India) campa (Vietnam) kmir (Khmer) remen (atau Mon adalah salah satu suku dari Burma)..".
"..adalah wargga kilalan (warga yang dikenai pajak khusus) yaitu klin (keling) aryya (arya) sinhala (Srilangka) pandikira (Pandikira dari India) drawida (salah satu suku dari India) campa (Vietnam) kmir (Khmer) remen (atau Mon adalah salah satu suku dari Burma)..".
Adanya penyebutan bangsa asing di prasasti Cane, menunjukkan bahwa masyarakat Cane pada masa itu telah menjalin hubungan (ekonomi, sosial, budaya) dengan bangsa dari Asia Selatan maupun Asia Tenggara.
Pak untuk beberapa makam kuno yang tepatnya di sebelah makam umum dusun cane itu keteranganya gimana ya? Saya salah satu warga cane
BalasHapusMohon maaf, saya juga belum bisa memastikan. Tapi kalau menurut cerita lokal/cerita tutur yang berkembang di sana tentang makam kuno tersebut gimana ya? Kalau dari sebaran bata kuno menurut warga sana, katanya (berdasarkan cerita tutur/folklore) adalah bekas reruntuhan benteng kerajaan Airlangga.
HapusBoleh tau sumber tentang prasasti tersebut?
BalasHapusOJO LVIII hlmn 120-125
Hapushttps://www.biodiversitylibrary.org/item/128087#page/10/mode/1up