Kamis, 02 November 2017

PENDAKIAN BUJANGGA MANIK KE GUNUNG PAWITRA/PENANGGUNGAN

Darmma (Tempat Suci Keagamaan) kaum Rsi di gunung Pawitra/Penanggungan selain pernah dikunjungi oleh Raja Hayam Wuruk (Kakawin Nãgarakṛtãgama atau Deçawarṇana pupuh 58 bait 1), juga pernah dikunjungi oleh Bujangga Manik (Naskah Bujangga Manik - Noorduyn 1982 : 426). Bujangga Manik adalah seorang pangeran dari istana Pakuan di Cipakancilan, dengan gelar Pangeran Jaya Pakuan, akan tetapi dia lebih suka menempuh jalan hidup asketis (Asketisme). 
Situs Meja Altar Dengan Tangga Makara Gajah di Bukit Gajah Mungkur - Gugusan Gunung Pawitra/Penanggungan.


Di dalam Naskah/Catatan Perjalanan Bujangga Manik yang ditulis antara tahun 1475-1525 M, tertulis bahwa Bujangga Manik, seorang penyair kelana dari Pakuan, pernah mendaki gunung Pawitra/Penanggungan dan mengunjungi Rabut (Tempat Suci) di bukit Gajah Mungkur, salah satu bukit Perwara/Pengawal di gunung Penanggungan.

Panorama Alam di Situs Meja Altar Dengan Tangga Makara Gajah di Bukit Gajah Mungkur - Gugusan Gunung Pawitra/Penanggungan.

Demikian isi Naskah/Catatan Perjalanan Bujangga Manik (Naskah Bujangga Manik - Noorduyn 1982 : 426) tentang Pawitra yang ditulis dengan menggunakan bahasa Sunda Kuna: 

"...Sadatang ka Pali(n)tahan, samu(ng)kur ti Majapahit, na(n)jak ka gunung Pawitra, rabut gunung Gajah Mun(ng)kur..."

"...Setiba di Palintahan, setelah meninggalkan Majapahit, aku mendaki gunung Pawitra, dan mengunjungi rabut (tempat suci) di gunung/bukit Gajah Mungkur..."

Candi Kerajaan

Bujangga Manik, seorang Brahmana dari Sunda, dalam kunjungannya ke bukit Gajah Mungkur waktu itu, sangat mungkin bertemu dengan para Rsi yang tinggal di sana untuk mengurus bangunan-bangunan suci serta pertapaan mereka, karena di daerah bukit Gajah Mungkur terdapat kurang lebih sebelas bangunan suci. Jika Naskah Bujangga Manik disusun pada awal abad 16 (Noorduyn 1982 : 414), tentunya pengembaraannya keliling pulau Jawa terjadi sebelumnya, mungkin di akhir abad 15. Dan, pada saat itu, Bujangga Manik masih bisa menyaksikan adanya kegiatan keagamaan di bukit Gajah Mungkur pada khususnya, dan di gunung Penanggungan pada umumnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

FOLKLOR CANE BUKTI AIRLANGGA DAN GARUḌAMUKHA BERJAYA DI BUMI JANGGALA

Cerita tutur merupakan salah satu bentuk kearifan lokal. Tradisi menuturkan peristiwa sejarah sudah lama diperkenalkan oleh leluhur kita seb...