Prasasti Pamwatan/Pamotan 964 Çaka/1042 M (19 Desember 1042 M) secara administratif terletak di Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan. Tepatnya berada di lereng sisi Utara gunung Pucangan (lokasi asal prasasti Pucangan?). Prasasti berbahan batu andesit dengan aksara dan bahasa Jawa Kuna ini dikeluarkan oleh Raja Airlangga dengan gelar abhiseka Çri Mahãrãja Rakai Halu Çri Lokeçwara Dharmmawaṅça Airlaṅga Anãntawikramottuṅgadewa dengan Rakryãn Mahãmantrĩ i Hino-nya Çrĩ Samarawijaya (Damais 1955 : 183).
Foto Prasasti Pamwatan/Pamotan yang Pada Sisi Depan (recto) Bagian Atas Prasasti Terpahat Tulisan 'dahaṇa' Dalam Aksara Kwadrat |
Pada sisi depan (recto) bagian atas prasasti terdapat tulisan yang berbunyi 'dahaṇa' dalam aksara kwadrat. Hal ini tentunya menimbulkan dugaan, bahwa wilayah desa Pamotan dan sekitarnya merupakan pusat Ibu Kota kerajaan atau Keraton Dahaṇa(Pura). Dahaṇa(Pura) sendiri diperkirakan sebagai ibu kota kerajaan Airlangga yang terakhir (Soemadio 2008 : 211). Nama Daha atau Dahaṇa(Pura) tersebut di dalam uraian Serat Calon Arang sebagai ibu kota/keraton kerajaan Airlangga, namun dalam uraian serat tersebut tidak disebutkan secara pasti dimanakah persisnya letak keraton Dahaṇa(Pura) itu berada.
Nama Dahaṇa/Daha diduga lebih dulu dijadikan sebagai nama ibu kota kerajaan Medang (Airlangga) dan Paṅjalu, sebelum akhirnya menjadi nama ibu kota kerajaan Kaḍhiri. Jadi, meskipun Medang, Paṅjalu, dan Kaḍhiri mempunyai nama ibu kota yang sama, yaitu Dahaṇa/Daha, tidak berarti Medang dan Paṅjalu itu identik dengan Kaḍhiri. Dalam Old Javanese English Dictionary (OJED), kamus Jawa Kuna versi terjemahan bahasa Inggris, 'dahaṇa' berasal dari kata dasar 'daha' yang artinya: to rule; regulate; be the leader; be the foremost; to exceed; excel (menguasai/memerintah; mengatur; menjadi pemimpin; menjadi terkemuka; melebihi/melampaui; mengungguli), dan mendapat tambahan atau akhiran 'ṇa' (pakai ṇ titik bawah) yang berarti untuk 'me-sangat-kan'. Jadi, kemungkinan 'dahaṇa'pura artinya adalah ibu kota/keraton/istana yang sangat (paling) terkemuka.
Nama Dahaṇa/Daha diduga lebih dulu dijadikan sebagai nama ibu kota kerajaan Medang (Airlangga) dan Paṅjalu, sebelum akhirnya menjadi nama ibu kota kerajaan Kaḍhiri. Jadi, meskipun Medang, Paṅjalu, dan Kaḍhiri mempunyai nama ibu kota yang sama, yaitu Dahaṇa/Daha, tidak berarti Medang dan Paṅjalu itu identik dengan Kaḍhiri. Dalam Old Javanese English Dictionary (OJED), kamus Jawa Kuna versi terjemahan bahasa Inggris, 'dahaṇa' berasal dari kata dasar 'daha' yang artinya: to rule; regulate; be the leader; be the foremost; to exceed; excel (menguasai/memerintah; mengatur; menjadi pemimpin; menjadi terkemuka; melebihi/melampaui; mengungguli), dan mendapat tambahan atau akhiran 'ṇa' (pakai ṇ titik bawah) yang berarti untuk 'me-sangat-kan'. Jadi, kemungkinan 'dahaṇa'pura artinya adalah ibu kota/keraton/istana yang sangat (paling) terkemuka.
Foto Prasasti Pamwatan/Pamotan |
Sayangnya, prasasti yang isinya masih belum tuntas dibaca itu, karena bagian bawah prasasti masih terpendam tanah dan diduga masih ada aksaranya, hilang akibat dicuri. Prasasti Pamotan diperkirakan dicuri pada tengah malam tanggal 11 September 2003. Dugaan tersebut didasari dari keterangan beberapa warga desa Pamotan yang mengaku sudah tidak lagi menjumpai Prasasti batu tersebut di tempatnya sejak tanggal 12 September pagi (sumber: Radar Bojonegoro). Hilangnya prasasti Pamotan pada akhirnya menimbulkan perdebatan panjang dan melahirkan berbagai macam tafsiran mengenai kata 'dahaṇa' yang terukir di atas prasasti.
Sebagai informasi tambahan, tepat pada hari ini, Selasa tanggal 19 Desember 2017 adalah hari ulang tahun desa Pamotan yang ke-975 tahun. Bila merujuk pada penanggalan di prasasti Pamotan, yakni 19 Desember 1042 Masehi (2017 - 1042 = 975).
• RDM Verbeek, dalam VBG 46,1891, "Oudheden van Java LIJST DER VOORNAAMSTE OVERBLIJFSELEN UIT DEN HINDOETIJD OP JAVA IET EENE OUDHEIDKUNDIGE KAART" hal 221, mencatat 435. Pamotan. District Mantoep, afdeeling Lamongan, Blad E. X. Een gebroken beschreven steen ; afdruk sedert 1888 in het Museum. Jaartal 964 Çaka.
• TBG 53, 1911 hal 249
• L Ch Damais, Etudes d’Epigraphie Indonesienne III hal 64-65 no 143 BEFEO XLVI fase 1. 1952
• L Ch Damais, Etudes d’Epigraphie Indonesienne IV hal 183. BEFEO XLVII fase 1. 1955
• Slamet Mulyana dalam Catatan singkat sejarah Kadiri Kuna, menyebut tanggal prasasti itu adalah 19 November 1042
• TBG 53, 1911 hal 249
• L Ch Damais, Etudes d’Epigraphie Indonesienne III hal 64-65 no 143 BEFEO XLVI fase 1. 1952
• L Ch Damais, Etudes d’Epigraphie Indonesienne IV hal 183. BEFEO XLVII fase 1. 1955
• Slamet Mulyana dalam Catatan singkat sejarah Kadiri Kuna, menyebut tanggal prasasti itu adalah 19 November 1042
Keadaan prasasti sudah tidak memungkinkan untuk diambil absklatnya, karena kondisi batu prasasti sudah sangat aus. Tinggi prasasti yang tampak sekitar 100 cm, sebagian terpendam tanah. Pada bagian atas batu prasasti terdapat aksara kwadrat yang berbunyi 'dahaṇa'. Baris pertama masih dapat terbaca, namun baris berikutnya sudah aus. Dua baris tepat di atas permukaan tanah sisi depan meskipun samar namun masih dapat terbaca. Prasasti ini tertulis pada ke empat sisinya. Secara administratif terletak di Dusun Pamotan, Desa Pamotan, Kecamatan Sambeng, Kabupaten Lamongan.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus